1 Tahun di 2022
1 Tahun Di 2022
Tahun ini adalah tahun paling aku banggakan karena di tahun ini ada beberapa peningkatan pada diriku walaupun itu sedikit. Tetapi tetap saja yang namanya perubahan apalagi perubahan ke arah yang positif adalah suatu hal baik yang tidak bisa disepelekan.
Awal tahun 2022, tepatnya bulan Februari aku kembali ke Bandung untuk kuliah walaupun kenyataannya kuliah masih online. Waktu itu tak banyak yang berubah pada diriku, hanya saja ketika aku tidak dirumah aku menjadi lebih rajin untuk belajar. Menjelang bulan ramadhan aku pulang dulu ke kampung halaman, karena masih online jadi aku masih bisa menikmati bulan ramadhan bersama keluarga.
Bulan Mei, aku kembali lagi ke Bandung, karena proses perkuliahan mulai fifty-fifty tatap muka. Aku yang awalnya ingin ikut kuliah tatap muka hybrid, tidak jadi ikut karena belum berani keluar sendiri di perkotaan. Karena notabene anak bungsu dan aku orang spesial, maka mungkin wajar sifat manja masih melekat pada diriku.
Bulan Mei sampai Juni, ada perubahan pada diriku dengan melakukan berbagai hal positif mulai dari rutin olah raga ringan dari bangun tidur, simplenya aku mulai membiasakan metode 20-20-20 nya Maudy Ayunda yakni 20 menit olah raga, 20 menit meditasi, dan 20 menit membaca buku dan Alhamdulillah efeknya jadi agak rajin membaca dan kesehatan pun mulai terjaga sedikit demi sedikit. Dan aku melakukan hal tersebut karena aku sangat terinspirasi oleh Maudy Ayunda dan bisa dikatakan dia adalah role modelku, dia sangat mengagumkan. Tepatnya setelah pernikahan sat set sat setnya aku mengagumi banget banget banget kepada beliau. Beliau itu cantiknya perempuan Indonesia yang kharismatik dan cerdas sehingga pasangannya pun tak kalah cerdas dari beliau. Nih ada sedikit cuplikan curhatan aku ketika ngeliat Maudy Ayunda nikah :
“Saat ini, saya menetapkan Maudy Ayunda sebagai role model saya karena saya kagum akan semangatnya, kecerdasannya, multitalentanya dan segala yang ada pada diri beliau. Beliau adalah panutan dalam segala hal. Tentunya saya mengagumi beliau setelah menikah dengan oppa-oppa koryah wkwk. Dan ya ada kemungkinan saya tidak akan termotivasi lagi oleh Maudy karena terkadang motivasi saya yang seperti ini sangat musiman. Namun setelah 2 minggu berlalu saya masih menetapkan beliau sebagai role model saya, karena saya masih sangat kagum kepadanya. Dan akhirnya sampai sekarang tetap termotivasi oleh beilau. Oh My God…
Saya ingin semulti talenta beliau. Saya ingin menjadi asset Negara juga walaupun kenyataannya sekarang saya masih sibuk dengan dunia saya yang penuh sandiwara wwk.
Udah dulu ah nulisnya ini ada yang panas dibawah keyboardnya. Bye bye"
Dan disini aku juga pengen ngomong. Kenapa sih tiap aku punya target sedemikian untuk menikah, banyak orang yang gak mendukung aku untuk menikah diumur seperti itu. Terlalu tua kah? Aku tidak peduli, lagian jodohnya juga belum kelihatan nongol depan mata. Jadi aku pikir akan lebih baik jika saya punya karir terlebih dahulu. Keluarga saya, terutama kakak saya pun sangat mendukung apabila saya berkarir terlebih dahulu. Malahan kata beliau, kalau sesudah nikah itu ribet, mau bahagiain ortu juga perlu izin sama suami. Apapun harus izin sama suami dulu. Dan jujur saya males banget dengan segala sesuatu yang harus minta izin terlebih dahulu. Makanya saya harus focus untuk bisa berkarir sendiri, punya uang sendiri, dan bahagiain kedua orang tua khususnya dan keluarga saya umunya. Saya ingin mereka bangga dengan pencapaian kesuksesan saya. Disamping itu, saya pun ingin menjadi pribadi yang taat pada agama, dan saya sangat ingin memiliki adab yang tinggi terhadap makhluk Allah, walaupun kenyataannya saya agak minus adab. Saya sering berkata seenaknya, padahal maksud saya nggak kesitu. Maka dari itu saya ingin belajar memiliki adab yang baik.
Juni Akhir aku pulang lagi ke kampung halaman. Dan dari sinilah aku mulai keluar dari rasa insecure secara bertahap. Aku memulai sesuatu yang baru, mulai dari mencoba pulang kampung sendirian. Dari kontrakan aku naik gojek sampai Banjaran dan dari Banjaran aku ikut mobil truk saudaraku yang pulang dari bisnis kayu. Dan dari waktu itu aku merasa “wah ternyata aku sehebat ini ya.” Jujur merasa speechless banget karena hal tersebut adalah hal pertama yang aku lakuin atas nama kemandirian hehe, dan rasanya bangga bangeeeetttt. Kenapa aku bisa merasa sebangga itu? Pertama, aku adalah anak rumahan yang tidak pernah keluar apalagi keluar jauh secara sendirian, kedua, aku punya keterbatasan fisik yang membuatku malu dan enggan untuk mengeksplorasi dunia luar. Jadi wajar aku merasa sebangga itu atas pencapaian tersebut.
Pertengahan Agustus aku kembali lagi ke Bandung, karena wacana perkulaiahan secara offline akhirnya terealisasi. Walaupun masuk kuliahnya tanggal 5 September, kuliah offline pertama di semester 5 setelah 2 tahun kuliah online. Awal-awal masuk kuliah rasanya berat banget dan gak sanggup buat ngadepin semester 5, kuliah offline pertama dan langsung dihadapkan dengan berbagai macam kursus yang saya ikuti, mulai dari kursus bahasa, kursus pelatihan ICT (semacam training computer), dan juga Micro Teaching. Kursus 2 bulan penuh yang harus bolak balik ke kampus 1 dan kampus 2 lumayan membuat saya drop waktu itu, dan alhamdullillah ternyata saya bisa ngelewatin itu semua. Sekali lagi, saya sangat bangga atas pencapaian saya yang menurut saya ini adalah masa terhebat pertama saya dalam hidup saya. Walaupun capek, tapi saya tetep semangat berangkat kursus karena setiap saya pulang dari kursus rasanya excited banget gak tau kenapa, ditambah lagi ketika ada tutor bahasa pengganti yang membuat saya kagum dan bisa dikatakan “jatuh cinta” kepadanya saya lebih semangat lagi tuh untuk kursus bahasa Inggris. Haha, its funny moment.
Rentang waktu Oktober-November, saya juga mulai mebiasakan ngampus sendiri, dan ketika pertama kali melakukan hal tersebut, seperti biasa saya merasa excited banget, bangga dan merasa bahwa hidup itu berguna banget malahan jadi tambah semangat untuk kemana-mana sendiri haha. Saya bersyukur dan saya merasa Allah itu sayang banget sama saya, selalu ada jalan ketika saya menginginkan sesuatu. Allah itu Maha Baik, Baiikkkkkk banget, dan aku semakin merasa bahwa Allah tuh gak pernah alfa buat nolongin hamba-Nya yang membutuhkan dan kesulitan. Setiap langkahku, selalu ku gantungkan pada Rabbku yang Maha Baik itu, dan Alhamdulillah semuanya selalu baik-baik saja ketika saya menggantungkan semua hal pada-Nya. Saya berjarak dengan orang tua membuat saya lebih dekat kepada Tuhan saya. Saya pikir saya nggak bisa mendefinisikan nikmat-Nya yang telah diberikan kepada saya. Benar-benar sebersyukur itu. Mulai dari saya yang perlahan menerima diri saya, menyayangi diri saya, mempercayai diri saya dengan seutuhnya dan berdamai dengan kekurangan yang saya miliki. Kalian harus tau, Allah bener-bener sebaaiiiiiikk itu.
Terakhir, dari rasa syukur itu, akhirnya optimisme dalam diri saya mulai bertumbuh. Selalu ingin berkembanng menjadi pribadi yang lebih baik, terus berbenah diri dalam segala hal baik attitude, disiplin, belajar dengan baik dan lainnya. Sebenarnya ada seseorang yang menjadi alasan saya dalam mengembangkan diri ke hal yang lebih positif, namun saya juga tak lupa bahwa motivasi atas nama jatuh cinta bisa turun secara drastis ketika seseorang itu membuat kita patah hati sehingga seseorang tersebut tak sepenuhnya saya jadikan sebagai motivasi. Tetap saya melibatkan Tuhan untuk segala hal, untuk segala kebaikan diri saya. Semoga saya bisa mencapai apa yang saya cita-citakan, Aamiin
Komentar
Posting Komentar